Oleh: Hanief Saha Ghafur (Ketua Program Doktor Kajian Stratejik & Global, SKSG, Universitas Indonesia. Dosen matakuliah Kepemimpinan Stratejik di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, PTIK)
Pembangun sumber daya manusia (SDM) biasanya mengusung tagline cerdas, bermutu, berkarakter, & berdaya saing. Keempat katagori masing-masing sudah memiliki indikator & kriteria baku untuk pengukurannya. Cerdas indikatornya adalah kemampuan akademik. Sedang mutu indikator utamanya adalah pemenuhan terhadap apa yg dituntut & dipersyaratkan masa depan. Ketepatan & kesesuaian dengan kebutuhan masa depan. Sedang indikator karakter adalah karakter etos yg menjadi kekuatan panata endogen (endogen regulatory forces). Mengapa kekuatan penata ? Karena kekuatan penata yg ada dalam struktur kepribadian ini berpengaruh kuat & memiliki daya perintah langsung terhadap perilaku & tindakan seseorang. Sedang kekuatan penentu yg terakhir adalah kemampuan daya saing (competitiveness). Parameter utamanya adalah daya juang untuk meraih sukses dan prestasi dari keunggulan yg dicita-citakan.
Membangun SDM unggul tentu harus dimulai dari kecerdasan yg bermutu. Karakter etos yg menjadi struktur kekuatan pemandu dalam kepribadiannya. Pemandu terhadap perilaku & daya juang meraih sukses. Sukses itu tak cukup sekedar menjadi manusia baik atau baik-baik saja. Tetapi manusia2 hebat yg punya prestasi unggul. Kata Jim Collins dalam bukunya From Good to Great menyatakan bahwa "Good is not enough. Good enough is not enough. We must change from good to great". Disinilah SDM unggul itu harus disemai & dibangun dgn karakter & mutu. Dalam pengertian karakter yg bermutu & mutu yg berkarakter.
Sejatinya sukses itu adalah hasil dari sumbangan berbagai faktor. Hasil riset lembaga terkenal di USA, Gallup Institute terhadap CEO sukses di kota New York menanyakan: Mengapa Anda sukses & punya prestasi hebat ?? Ternyata dari berbagai jawaban itu dapat diringkas dgn satu kata saja, yaitu karakter. Berikut hasil survey itu : Sumbangan karakter (termasuk kemampuan soft skill) = 60%, lalu sumbangan kecerdasan akademik = 20%, lalu faktor lain, seperti faktor warisan, hadiah, berkah, dsb.
Pendidikan karakter apakah yang memberi kontribusi kuat terhadap sukses & prestasi unggul ? Ternyata karakter kepemimpinan yang sangat berpengaruh. Bukan kecerdasan akademik. Tetapi karakter & kecerdasan soft skill. Dari hasil riset Universitas Harvard pendidikan karakter kepemimpinan yang terbaik jika dilakukan dimasa anak s/d remaja antara usia 5 - 25 tahun. Mengapa ? Sebab pada usia saat itu memiliki daya serap kuat & langsung kepada perilaku motoriknya. Periode saat itu disebut sebagai "the formative period of motoric behaviour" yang akan berpengaruh kuat pada masa-masa setelahnya. Setelah usia pada periode formatif itu perilaku motorik menjadi konstan. Bahkan cenderung menurun. Namun bersamaan dengan periode itu kemampuan ranah kognitifnya semakin berkembang. Pendidikan karakter kepemimipin pada periode itu hanya sekedar mengembangkan ranah kognitif, tetapi tidak berada di ranah perilaku motorik. Riset Universitas Harvard ini menunjukkan bahwa fungsi eksekutif & kemampuan leadership sebaiknya diberikan pada saat usia anak, remaja, & pemuda. Karena langsung menyentuh kepada perilaku motoriknya. Mereka perlu diberi pelatihan terencana, sistematis, & terprogram dgn baik. Riset Harvard ini juga menunjukkan pendidikan karakter kepemimpinan pada Program MBA & MM itu kurang efektif dibandingkan dengan pelatihan di masa anak & remaja. Materi kepemimpinan di program MBA/MM lebih banyak mengisi & nangkring di ranah kognitif. Bukan di ranah perilaku motorik. Jadi untuk membangun the great leadership character menjadi perilaku motorik tidak perlu kuliah MBA, MPA, atau MA. Tetapi memulai pada masa usia anak, remaja, & pemuda.
Bila dikaitkan dengan pendidikan karakter. Ternyata pendidikan terbaik adalah pendidikan karakter kepemimpinan. Pendidikan karakter kepemimpinan yang terbaik (as a executive function), bila dimulai sejak usia dini (antara periode usia 5 s/d 25 tahun). Pendidikan diusia ini tentu tidak untuk diceramahi. Tetapi dilatih dengan alat peraga pendidikan yang tepat. Juga dengan berbagai metode simulasi, bermain peran, & terutama praktik dengan alat peraga kepemimpinan yang terbaik. Seperti metode Montessori, HighScope, dll.
Pendidikan karakter kepemimpinan diusia dini yang terbaik ternyata bukan di sekolah, tapi ada di lingkungan keluarga. Di sinilah tempat persemaian perilaku motorik anak yang terbaik bagi pendidikan (as nurturing a leadership character). Pendidikan karakter di lingkungan keluarga yang terbaik bila orang tua sendiri yang menjadi guru karakter bagi anak-anaknya. Siapakah orang tua yang paling efektif sebagai guru karakter bagi anak-anaknya ?? Ternyata yg paling efektif adalah orang tua yg dapat menjadi bukti sukses & teladan prestasi nyata bagi anak-anaknya.
_Be a great leader. Great leadership is more than IQ_.
Sumber : Center on the developing child, Harvard University (2011), Building the Brain 'ATC' System : How Early Experiences Shape the Development of Executive Function
0 Komentar